Kemnaker Tegaskan Prinsip Hati-Hati dalam Pencairan BSU 2025
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mengingatkan pentingnya menerapkan prinsip kehati-hatian dalam proses pencairan Bantuan Subsidi Upah (BSU) tahun 2025. Langkah ini diambil sebagai upaya menjaga akuntabilitas serta memastikan bantuan tepat sasaran bagi para pekerja yang membutuhkan.
Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Kemnaker, Jusman Syafii, menyatakan bahwa penyaluran BSU harus dilakukan dengan pengawasan ketat dan mengikuti prosedur yang berlaku. “Kami mengingatkan seluruh pihak yang terlibat untuk selalu berpedoman pada mekanisme pencairan yang transparan dan aman,” katanya dalam wawancara eksklusif.
Menkernaker Ida Fauziyah menambahkan bahwa prinsip kehati-hatian sangat penting untuk mencegah adanya penyalahgunaan dana bantuan. Ia menegaskan, proses pencairan BSU harus dilakukan secara bertahap dan akuntabel, dengan memperhatikan data yang valid serta verifikasi yang ketat.
Sebagai informasi, proses pencairan BSU tahun 2025 melibatkan kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah, serta pendataan yang baik agar bantuan dapat tepat sasaran dan tepat guna.
Dalam rangka memastikan efektivitas penyaluran, Kemnaker juga akan meningkatkan pengawasan dan pengendalian selama proses pencairan berlangsung. Langkah ini diambil seiring meningkatnya perhatian terhadap transparansi penggunaan dana bantuan sosial di sektor ketenagakerjaan.
Pengamat ekonomi dan ketenagakerjaan, Rina Suryani, menyebutkan bahwa penerapan prinsip hati-hati ini penting agar program BSU bisa mencapai target utama, yaitu membantu pekerja yang terdampak ekonomi. “Kalau tidak diawasi secara ketat, potensi penyalahgunaan bisa merugikan banyak pihak,” jelasnya.
Dengan tata kelola yang baik dan pengawasan ketat, diharapkan pencairan BSU tahun ini berjalan lancar dan memberikan manfaat maksimal bagi para pekerja yang membutuhkan. Kemnaker tetap berkomitmen menjaga integritas data dan memastikan bantuan tepat sasaran demi keberlanjutan program sosial ini di masa mendatang.
