
Gagal ke Piala Dunia Gara-gara Penalti Oman, Palestina Protes ke AFC
Palestina gagal lolos ke putaran final Piala Dunia 2026 setelah mengalami kekalahan dari Oman melalui penalti dalam pertandingan penentu di Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia. Pertandingan yang berlangsung di King Abdullah II Stadium, Amman, Yordania, ini berakhir dengan skor imbang 1-1, namun keputusan wasit terkait penalti di babak akhir menjadi penyebab utama kegagalan Palestina memenuhi target tersebut.
Dalam laga Grup B Babak Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, Palestina sempat unggul terlebih dahulu melalui gol dari Oday Kharoub di menit ke-49. Namun, dinamika pertandingan berubah saat wasit Moud Bonyadifard menunjuk titik penalti pada menit ke-97 setelah Ahmad Taha dianggap melanggar Muhsen Al Ghassani di dalam kotak terlarang. Keputusan ini memicu protes keras dari tim Palestina yang merasa keberatan dengan keputusan tersebut.
Skor akhir berubah menjadi 1-1 setelah gol balasan Issam Al Sabhi di menit terakhir waktu normal. Meski demikian, taruhan utama bagi Palestina adalah kemenangan yang akan memastikan langkah mereka ke putaran Final Piala Dunia 2026. Penalti tersebut menjadi penentu nasib mereka, dan kekalahan ini memicu kecaman dari berbagai pihak, terutama terkait dengan keadilan keputusan wasit.
Protes formal pun dilayangkan ke AFC (Konfederasi Sepak Bola Asia) oleh pihak Palestina, menuntut pengusutan atas keputusan penalti yang dinilai tidak adil. Mereka menuduh adanya ketidakberesan yang mungkin memengaruhi hasil pertandingan dan keadilan kompetisi secara keseluruhan.
Kejadian ini menimbulkan keprihatinan di kalangan penggemar dan stakeholders sepak bola di kawasan Asia, terutama mengenai integritas dan transparansi dalam pelaksanaan pertandingan kualifikasi Piala Dunia. Banyak yang berharap AFC dapat melakukan investigasi menyeluruh dan memastikan bahwa semua proses pertandingan berlangsung secara adil dan profesional.
Kegagalan Palestina ke Piala Dunia 2026 ini menambah seri dalam daftar kontroversi terkait keputusan wasit dan proses kualifikasi di level internasional. Asupan dukungan dan perhatian terhadap reformasi bidang pengadilan sepak bola diharapkan dapat membuat pertandingan di masa depan lebih adil dan bebas dari ketidakjelasan keputusan.
Dalam konteks yang lebih luas, kejadian ini menjadi pengingat pentingnya integritas dalam olahraga dan perlunya pengawasan ketat agar kompetisi tetap bersih, adil, dan jujur. Palestina, sebagai tim yang berjuang keras, kini berharap agar kejadian ini menjadi perhatian dan langkah perbaikan dari badan pengurus sepak bola di kawasan Asia guna meningkatkan kualitas dan keadilan kompetisi sepak bola di masa mendatang.