
Dampak Konflik Iran-Israel terhadap Ekonomi dan Harga Minyak Dunia: Pemerintah Harus Waspada
Konflik antara Iran dan Israel di Timur Tengah semakin meningkatkan kekhawatiran global akan dampak ekonomi yang mungkin timbul. Wakil Ketua MPR RI Bambang Wuryanto mengingatkan pemerintah Indonesia agar waspada terhadap potensi kenaikan harga minyak dunia yang dipicu oleh ketegangan di wilayah Timur Tengah. Harga minyak dunia sangat sensitif terhadap konflik dan ketidakpastian geopolitik, dan kenaikan harga ini dapat berdampak luas terhadap perekonomian nasional dan kinerja nilai tukar rupiah.
Dalam keterangan resmi di Jakarta, Bambang yang akrab disapa Pacul, menyampaikan bahwa konflik yang berkepanjangan dapat menyebabkan harga minyak dunia melonjak. Jika hal ini terjadi, secara otomatis nilai tukar dolar AS sangat mungkin menguat, sehingga memicu pelemahan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah Indonesia. Kondisi ini didasarkan pada sejarah pengaitan dolar terhadap harga minyak sejak tahun 1971, di mana dolar tidak lagi dipatok ke emas, melainkan ke minyak dan ekonomi global yang dipengaruhi harga minyak.
Meskipun demikian, Bambang menambahkan bahwa dampak langsung terhadap pasokan minyak Indonesia tidak terlalu signifikan karena jenis minyak Iran yang merupakan minyak berat (“heavy crude”) hanya bisa diolah di kilang tertentu, seperti di Kilang Cilacap. Oleh karena itu, risiko terhadap ketahanan energi nasional dari konflik ini relatif kecil, namun tetap membutuhkan perhatian serius dari Pertamina sebagai pengelola utama sektor minyak dan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia.
Dalam situasi ini, Pertamina disarankan untuk menyiapkan berbagai skenario antisipasi, termasuk potensi kenaikan harga minyak di pasar global akibat konflik Iran-Israel. Pemerintah juga tengah fokus mengembangkan kebijakan energi nasional yang berorientasi pada kemandirian energi, sesuai dengan keputusan Presiden RI Prabowo Subianto. Kebijakan ini bertujuan mengurangi ketergantungan terhadap impor energi dan memperkuat ketahanan energi nasional dalam jangka panjang.
Selain itu, anggota Komisi XII DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra ini menginformasikan bahwa pihaknya akan melakukan pembahasan mendalam dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia. Hal ini dilakukan untuk memastikan langkah kebijakan energi nasional sesuai dengan target mandiri yang telah dicanangkan dan meninjau kesiapan maupun strategi yang perlu diambil menghadapi dinamika geopolitik global, termasuk potensi risiko kenaikan harga minyak dunia akibat konflik di Timur Tengah.