tradisi-kirab-pusaka-1-suro-2025-di-surakarta-penuh-makna-spiritual

Tradisi Kirab Pusaka 1 Suro 2025 di Surakarta penuh makna spiritual

Masyarakat Surakarta kembali mengisi malam 1 Suro dengan tradisi kirab pusaka yang kaya makna spiritual dan budaya. Acara tahunan ini menjadi momen yang dinanti-nanti sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan menjaga kelestarian warisan budaya Jawa.

Rute kirab pusaka tahun ini dimulai dari Keraton Surakarta menuju kompleks makam keramat dan berbagai titik bersejarah lainnya di pusat kota. Peserta kirab yang terdiri dari masyarakat, pengurus keraton, dan pelajar berangkat pukul 19.00 WIB dan berjalan dengan penuh khidmat, memadukan unsur adat, keagamaan, dan seni tradisional.

Salah satu peserta, Sulis, mengungkapkan pentingnya tradisi ini sebagai pengingat identitas budaya dan spiritual. “Kirab ini bukan sekadar ceremonial, tetapi juga simbol penghormatan kepada leluhur dan menjaga keberlangsungan nilai adat Jawa,” ujarnya.

Selain pelaksanaan di lapangan, tradisi ini juga diwarnai dengan pertunjukan seni tradisional seperti gamelan, jathilan, dan wayang kulit yang turut memeriahkan suasana. Kepala Dinas Pariwisata Surakarta, Rini Indriyani, menyatakan bahwa kegiatan ini mendukung promosi budaya lokal sekaligus menarik wisatawan untuk lebih memahami kekayaan budaya Jawa.

Ahmad, seorang wisatawan dari luar kota, menyatakan kekagumannya terhadap kedalaman makna spiritual dari tradisi kirab pusaka ini. “Saya sangat terkesan dengan suasana penuh hormat dan kebersamaan yang ditampilkan masyarakat. Ini menunjukkan bahwa budaya Surakarta tetap hidup dan relevan,” katanya.

Menurut catatan sejarah, tradisi kirab pusaka memiliki makna sebagai upaya menjaga dan memperkuat hubungan spiritual antar generasi dan kepercayaan lokal. Melalui kegiatan ini, masyarakat berharap mendapatkan berkah dan keselamatan di tahun baru Islam yang jatuh bertepatan.

Pengelola keraton menyebutkan bahwa tahun ini mereka menambahkan perayaan di beberapa titik strategis untuk memberi ruang edukasi dan pengetahuan kepada generasi muda tentang makna dari setiap prosesi dan simbol yang digunakan. “Dengan demikian, tradisi ini tidak hanya dijalankan secara rutin, tetapi juga diajarkan agar tetap lestari,” ungkap Hadi Susanto, pengurus keraton Surakarta.