
Kelanjutan Peniadaan Kepulangan Jemaah Haji Banyuwangi akibat Penutupan Bandara Oman
Sejumlah 760 jemaah haji asal Banyuwangi yang tergabung dalam kloter 43 dan 44 masih berada di Jeddah, Arab Saudi, akibat penutupan Bandara Oman yang menyebabkan tertundanya kepulangan mereka ke Indonesia. Penundaan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan keluarga dan masyarakat setempat yang menantikan kedatangan jamaah haji tersebut.
Menurut Kepala Kementerian Agama Banyuwangi, Agus Subekti, penundaan keberangkatan ini disebabkan oleh adanya pembatasan operasional di Bandara Oman, yang merupakan jalur utama bagi jemaah haji Indonesia untuk kembali ke tanah air. “Kami masih menunggu konfirmasi dan solusi dari otoritas terkait agar proses repatriasi jemaah bisa segera dilaksanakan,” ujarnya saat dihubungi Kamis.
Direktur Pelayanan Haji dan Umrah Kementerian Agama, Subhianur, menyatakan bahwa pihaknya terus melakukan koordinasi dengan pihak terkait di Arab Saudi dan Oman untuk memastikan keberangkatan jemaah dapat segera dilakukan. Ia menambahkan, tim dari Kemenag juga sedang memantau kondisi di lapangan dan berupaya mengoptimalkan jalur alternatif yang memungkinkan kepulangan jamaah.
Selain itu, para jemaah yang tertahan menyampaikan pengalaman mereka yang cukup menantang selama menunggu di Jeddah. Salah seorang jemaah, Aminah, mengungkapkan bahwa mereka berusaha tetap sabar dan menjaga kesehatan, mengingat situasi yang belum normal akibat penutupan bandara.
“Kami sangat berharap situasi ini segera membaik, agar bisa pulang ke Indonesia dan berkumpul kembali dengan keluarga,” ujar Aminah melalui pesan singkat.
Pengamat perjalanan dan penanganan jemaah haji, Rina Septiani, menyarankan pemerintah untuk mempercepat pencarian jalur alternatif agar proses repatriasi bisa berlangsung lebih cepat. Ia menambahkan pentingnya komunikasi yang transparan kepada keluarga jemaah agar mereka mendapatkan informasi terbaru dan tidak merasa cemas.
Ke depan, pengelolaan keberangkatan dan kepulangan jemaah haji di Banyuwangi diharapkan semakin efektif dan responsif terhadap berbagai kendala di lapangan, termasuk situasi tak terduga seperti penutupan bandara dan gangguan logistik.