
Wamendiktisaintek: AI Tidak Gantikan Pemikiran Refllektif Manusia
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie menegaskan bahwa kecerdasan buatan (AI) tidak akan mampu menggantikan keleluasaan pemikiran reflektif manusia. Ia menyampaikan hal ini dalam sebuah seminar nasional yang membahas perkembangan teknologi dan peran manusia di era digital.
Stella Christie menjelaskan bahwa meskipun AI semakin maju dan mampu melakukan tugas-tugas kompleks, ia tetap tidak bisa menyamai kedalaman dan fleksibilitas pikiran manusia dalam menanggapi situasi yang memerlukan refleksi mendalam. “AI bersifat sebagai alat bantu, bukan pengganti akal budi manusia yang kaya akan pengalaman, intuisi, dan kreativitas,” ujarnya.
Pria yang akrab disapa Stella ini menambahkan bahwa perkembangan AI harus dilihat sebagai peluang kolaborasi antara manusia dan mesin. Ia berharap pengembangan teknologi ini mampu meningkatkan efisiensi dan inovasi di berbagai bidang, namun tetap harus diimbangi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang mampu berpikir kritis dan reflektif.
Sejumlah pakar pendidikan dan teknologi turut berpartisipasi dalam seminar tersebut, menekankan pentingnya menjaga aspek manusia dalam era digital. Mereka mengingatkan bahwa AI dapat menjadi pendukung yang efisien, namun tidak menggantikan kemampuan manusia dalam berpolitik etika dan moral.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan mengatakan bahwa kurikulum pendidikan harus diarahkan untuk membangun kemampuan berpikir kritis dan reflektif pada mahasiswa agar tetap relevan di era AI. “Pengembangan soft skills menjadi prioritas utama agar generasi muda mampu bersaing dan berkontribusi secara bermakna,” ujarnya.
Secara umum, Wamendiktisaintek menegaskan bahwa AI harus dikelola dengan bijak sebagai bagian dari evolusi teknologi yang harus disertai penguatan kapasitas manusia. Ia mengingatkan bahwa inovasi teknologi seharusnya mendukung pertumbuhan masyarakat yang adil, inklusif, dan berkelanjutan.