mengulik-tradisi-malam-satu-suro-di-yogyakarta-dan-surakarta

Mengulik Tradisi Malam Satu Suro di Yogyakarta dan Surakarta

Tradisi malam Satu Suro di Keraton Yogyakarta dan Surakarta menjadi salah satu kebudayaan yang penuh makna dan ritual sakral. Perayaan ini memastikan masyarakat tetap terikat pada warisan budaya Jawa, sambil menanamkan nilai spiritual dan kearifan lokal.

Biasanya, malam Satu Suro dirayakan dengan berbagai upacara adat yang melibatkan masyarakat setempat dan keluarga keraton. Ritual ini bertepatan dengan malam 1 Muharram dalam kalender Hijriah, dianggap sebagai titik awal tahun baru Islam dan sebagai momen untuk refleksi diri serta doa bersama.

Antara lain, di Yogyakarta, tradisi malam Satu Suro dikenal dengan sebutan ‘Grebeg Suro’ yang diisi dengan pawai budaya, doa bersama, serta ziarah ke makam leluhur. Sementara di Surakarta, ritual ini dikenal dengan berbagai upacara yang menampilkan pertunjukan seni dan tradisional yang khidmat.

Seorang peneliti budaya, Dr. Agus Santoso, menyatakan bahwa tradisi ini tidak hanya menjadi momen ceremonial, tetapi juga sebagai simbol harmonisasi antara spiritualitas dan pelestarian budaya Jawa. ”Kebiasaan ini memperkuat identitas masyarakat dan mengajarkan nilai-nilai luhur seperti kesederhanaan, kebersamaan, dan rasa syukur,” ujarnya.

Selain itu, masyarakat juga memanfaatkan malam Satu Suro untuk membersihkan diri secara spiritual, menanamkan harapan dan doa agar memperoleh keberkahan dan perlindungan dari Tuhan sepanjang tahun yang baru. Aktivitas ini biasanya diikuti dengan ritual simbolik, seperti mandi bersama dan memberi sesajen di tempat suci.

Pengamatan dari berbagai sumber menunjukkan bahwa tradisi ini gaining popularity, khususnya di kalangan generasi muda yang semakin tertarik untuk memahami dan melestarikan budaya lokal. Pemerintah setempat dan komunitas budaya pun turut mendukung pelestarian tradisi Malam Satu Suro melalui berbagai program edukasi dan festival budaya yang rutin diselenggarakan.

Kolaborasi antara keraton dan masyarakat umum menjadikan malam Satu Suro sebagai agenda nasional yang tak hanya memperkaya khazanah budaya, tetapi juga memperkuat identitas nasional Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan tradisi dan keberagaman.’