
Ironi Sektor Pertanian: Tenaga Kerja Banyak, Rentan Terancam
Sektor pertanian di Indonesia tetap menjadi salah satu penyerapan tenaga kerja terbesar meskipun menghadapi berbagai tantangan di lapangan. Data dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2025 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa tenaga kerja di bidang pertanian masih mendominasi pasar tenaga kerja nasional. Dengan begitu, sektor ini memegang peranan penting dalam menopang perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat desa.
Akan tetapi, di balik angka penyerapan tenaga kerja yang tinggi, sektor pertanian menyimpan ironi tersendiri. Banyak tenaga kerja di bidang ini menghadapi kerentanan karena faktor-fluktuasi harga komoditas, ketimpangan akses terhadap teknologi modern, serta minimnya perlindungan sosial dan pendukung infrastruktur. Kepala BPS, Mita Sari, menyatakan, “Sektor pertanian memang penting untuk penyerapan tenaga kerja, tetapi perlu perhatian serius terhadap peningkatan kualitas dan kestabilan pekerjaan di bidang ini.”
Pengamat ekonomi agraria, Roni Wijaya, mengungkapkan bahwa ketergantungan terhadap musim dan faktor alam menyebabkan pendapatan petani sering tidak stabil. “Mayoritas petani masih bergantung pada hasil panen musiman dan belum mampu mengadopsi teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas secara berkelanjutan,” jelas Roni. Ia menambahkan, bahwa pemerintah perlu memperkuat program pelatihan dan akses permodalan agar pekerja di sektor pertanian dapat lebih sejahtera dan tahan terhadap goncangan ekonomi.
Selain itu, ketimpangan distribusi sumber daya dan kebijakan yang belum memadai turut memperparah kondisi para tenaga kerja yang rentan ini. Beberapa petani dan tenaga kerja musiman mengeluhkan minimnya perlindungan pekerjaan dan risiko kehilangan mata pencaharian saat harga komoditas turun. Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian Pertanian menegaskan bahwa reformasi dalam tata kelola pertanian dan peningkatan akses teknologi menjadi prioritas utama untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dan keberlanjutan sektor ini.
“Kami terus mendorong program pengembangan kapasitas petani dan perlindungan sosial untuk menjaga stabilitas tenaga kerja di pertanian,” ujar Menteri Pertanian, Syamsul Bahri, dalam konferensi pers pekan lalu. Ia menambahkan, bahwa kolaborasi dengan sektor swasta dan lembaga keuangan akan memperkuat ekosistem pertanian yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Dengan tantangan tersebut, strategi penanganan dan penguatan sektor pertanian menjadi kunci dalam memastikan bahwa penyerapan tenaga kerja tidak hanya menjadi angka, tetapi berujung pada peningkatan kesejahteraan jangka panjang. Melalui inovasi, pelatihan, dan perlindungan sosial, tenaga kerja di sektor ini diharapkan mampu menghadapi dinamika ekonomi global dan perubahan iklim yang semakin kompleks.