dampak-penutupan-selat-hormuz-jadi-fokus-diskusi-jgf-2025

Dampak Penutupan Selat Hormuz Jadi Fokus Diskusi JGF 2025

Dalam rangka meningkatkan pemahaman global tentang ketahanan energi dan ekonomi, JGF 2025 akan membahas secara mendalam dampak penutupan selat strategis Hormuz. Gubernur Lemhannas RI, Ace Hasan Syadzily, menegaskan bahwa langkah ini penting mengingat Selat Hormuz memiliki peran vital sebagai jalur transportasi minyak dunia.

Menurut Ace, penutupan Selat Hormuz dapat menyebabkan gangguan besar pada pasokan energi global dan meningkatkan harga minyak secara signifikan. Ia menyebutkan, “Risiko keamanan dan ketahanan energi nasional harus menjadi perhatian utama, apalagi mengingat ketergantungan Indonesia terhadap minyak dan produk energy dari luar negeri.”

Selat Hormuz yang menjadi jalur penghubung utama antara teluk Persia dan Laut Arab merupakan salah satu jalur strategis yang dilalui hampir sepertiga dari total ekspor minyak dunia. Ketika jalur ini tersendat, dampaknya dirasakan seluruh dunia, termasuk Indonesia yang tergantung pada pasokan energi dari negara-negara Teluk.

JGF 2025 dirancang sebagai platform dialog tingkat tinggi yang melibatkan para pejabat senior, pakar keamanan, dan ekonom dari berbagai negara. Diskusi tentang potensi konflik dan strategi mitigasi juga menjadi agenda utama dalam konferensi ini, guna memastikan stabilitas global dan nasional.

“Kita perlu memunculkan solusi inovatif dan kerjasama internasional yang kuat guna mengurangi risiko yang muncul dari peristiwa tak terduga seperti penutupan Selat Hormuz,” tambah Ace. Ia juga menekankan perlunya peningkatan cadangan energi dan diversifikasi sumber pasokan sebagai langkah antisipasi.

Para peserta JGF 2025 akan mengkaji berbagai tantangan terkait ketahanan energi dan kemungkinan langkah strategis yang harus diambil oleh pemerintah serta maailah internasional. Dengan demikian, diharapkan negara-negara mampu menghadapi potensi ancaman yang bisa berdampak besar terhadap stabilitas global.

Selain itu, pengamat keamanan dari Lembaga Studi Internasional, Dr. Rina Pratama, menyatakan bahwa penutupan Selat Hormuz bisa menjadi ancaman nyata jika tidak diantisipasi dengan benar. “Kita harus melihatnya sebagai peringatan agar tidak mengabaikan ketahanan energi nasional dan memperkuat kerjasama internasional,” katanya.

Secara keseluruhan, diskusi di JGF 2025 diharapkan mampu menghasilkan langkah nyata dan kebijakan yang mampu mengurangi risiko terhadap seguritas energi global sekaligus menjaga stabilitas ekonomi nasional.