mahar-dalam-islam-syarat-jenis-dan-keberpihakan-nilai

Mahar dalam Islam: Syarat, Jenis, dan Keberpihakan Nilai

Mahar merupakan salah satu aspek penting dalam akad nikah Islam, yang wajib diberikan oleh calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita sebagai syarat sah pernikahan. Banyak masyarakat yang masih bertanya-tanya mengenai syarat, jenis, dan besaran nilai mahar yang harus dikeluarkan, termasuk apakah mahar harus bernilai tinggi atau tidak.

Sesuai dengan ajaran Islam, mahar harus memenuhi beberapa syarat dasar seperti kejelasan waktu, keberadaan, dan kesepakatan bersama antara kedua belah pihak. Tony, seorang ulama di Jakarta, menyatakan bahwa “Mahar tidak harus bernilai tinggi, yang terpenting adalah keikhlasan dan kesepakatan bersama antara kedua mempelai.” Hal ini menunjukkan bahwa nilai mahar dapat disesuaikan dengan kemampuan calon suami tanpa harus memberatkan.

Jenis-jenis mahar pun beragam, mulai dari mahar yang bersifat materil seperti uang, perhiasan, maupun benda berharga lainnya, hingga mahar yang bersifat non-materil seperti ilmu, ketakwaan, dan doa. Menurut data dari Kementerian Agama, keanekaragaman jenis mahar ini mencerminkan fleksibilitas syariat dalam menyesuaikan kondisi ekonomi masyarakat.

Dalam praktiknya, banyak pasangan memilih mahar yang tidak terlalu tinggi agar pernikahan berlangsung harmonis dan tanpa beban. “Saya dan suami sepakat memberikan mahar yang sesuai kemampuan, dan alhamdulillah keluarga merasa tenang dan bahagia,” ujar Siti, seorang pengantin baru dari Bandung. Penentuan nilai mahar secara fleksibel ini diyakini mampu memperkuat ikatan pernikahan dan mengurangi potensi konflik di masa depan.

Selain itu, penting bagi pasangan untuk memahami bahwa nilai mahar bukanlah ukuran kebahagiaan atau keberkahan sebuah pernikahan. Yang terpenting adalah komitmen, saling pengertian, dan keikhlasan dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Ustad Muhammad Farhan berpendapat, “Mahar yang bernilai tinggi bukan jaminan kebahagiaan, tetapi ketulusan dan keserasian dalam berumah tangga.”

Dalam menyiapkan mahar, disarankan untuk melakukan diskusi terbuka dan saling memahami kondisi keuangan masing-masing pihak. Dengan demikian, nilai mahar dapat menjadi simbol cinta dan komitmen tanpa harus memberatkan salah satu pihak. Pemerintah dan lembaga keagamaan juga terus mendorong masyarakat agar lebih memahami makna sesungguhnya dari mahar dalam Islam, sebagai bagian dari syariat yang menuntun pada keberkahan dan keadilan dalam pernikahan.