tradisi-kahiyaa-kakulu-dan-kasou-jadi-warisan-budaya-suku-buton

Tradisi Kahiyaa, Kakulu, dan Kasou Jadi Warisan Budaya Suku Buton

Ritual adat Kahiyaa, Kakulu, dan Kasou menjadi bukti kekayaan budaya yang masih dipertahankan oleh Suku Buton di Sulawesi Tenggara. Ketiga tradisi ini mencerminkan identitas dan kepercayaan turun-temurun yang terus dilestarikan, bahkan menjadwalkan acara secara massal di rumah adat setempat.

Tradisi Kahiyaa, yang dikenal sebagai proses pingitan gadis sebelum menikah, biasanya dilakukan dengan penuh adat dan penuh makna. Gadis yang menjalani tradisi ini mengenakan pakaian adat khas Buton seusai melewati serangkaian prosesi. Menurut seorang tokoh adat, tradisi ini merupakan momen sakral yang tidak hanya menandai kesiapan gadis untuk berumah tangga, tetapi juga memperkuat ikatan komunitas.

Selain Kahiyaa, tradisi Kakulu dan Kasou juga menjadi bagian penting dari budaya Suku Buton. Kakulu dikenal sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan terhadap masyarakat adat, sedangkan Kasou merupakan upacara tradisional yang biasanya dilakukan saat acara besar seperti panen atau adat pernikahan. Ketiga ritual ini dipandang sebagai upaya menjaga kekayaan budaya dan adat istiadat yang menjadi identitas masyarakat Buton.

Seorang warga menyampaikan, “Tradisi ini harus terus dilestarikan agar generasi muda tidak kehilangan jati diri dan tetap menghargai warisan budaya nenek moyang.” Pengaruh modernisasi dan globalisasi memang memberi tantangan tersendiri, namun warga setempat berupaya menjaga tradisi ini melalui berbagai kegiatan adat yang dilakukan secara rutin.

Pemerintah daerah bersama komunitas budaya pun turut mendukung pelestarian tradisi ini dengan menggelar berbagai festival budaya dan edukasi kepada generasi muda. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran akan pentingnya melestarikan warisan budaya serta memperkaya keanekaragaman budaya bangsa Indonesia.

Dengan keberlangsungan tradisi Kahiyaa, Kakulu, dan Kasou, Suku Buton menunjukkan komitmen terhadap pelestarian budaya. Melalui ritual ini, mereka tidak hanya merayakan kehidupan dan kepercayaan tradisional, tetapi juga memperkokoh identitas sebagai bagian dari kekayaan budaya nasional yang unik dan berharga.