strategi-asean-atasi-tantangan-ooscy-melalui-partisipasi-semesta

Strategi ASEAN Atasi Tantangan OOSCY Melalui Partisipasi Semesta

Seluruh menteri pendidikan di ASEAN sepakat mengadopsi strategi inovatif dalam mengatasi tantangan dan peluang dalam bidang pendidikan di era digital, khususnya terkait dengan OOSCY (Out of School and Children & Youth).

Dalam langkah yang dinilai strategis, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menegaskan bahwa pendekatan partisipasi semesta menjadi kunci utama untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan bagi semua anak dan remaja, termasuk mereka yang terpapar risiko Putus Sekolah. “Tidak ada satu pun anak yang boleh tertinggal. Dengan kolaborasi dan inovasi, kita mampu menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif dan adaptif,” ujar Mendikbudristek.

Strategi ini mendapat apresiasi positif dari para pemangku kepentingan, termasuk lembaga internasional dan organisasi pendidikan regional. Mereka menilai bahwa tindakan kolektif ini mampu mempercepat pencapaian Sustainable Development Goal (SDGs) terkait pendidikan di kawasan ASEAN.

Implementasi metode inovatif seperti pemanfaatan teknologi digital, pembelajaran jarak jauh, dan pelibatan komunitas menjadi bagian dari langkah konkret untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi anak-anak dan remaja dalam mendapatkan pendidikan berkualitas. Menteri Pendidikan dari Malaysia, Nurul Izzah, menyatakan, “Kita harus memperluas akses pendidikan dengan solusi teknologi, memastikan semuanya terjangkau dan relevan dengan kebutuhan zaman.”

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Indonesia, turut menambahkan, “Partisipasi semesta dan kolaborasi lintas sektor menjadi kunci utama keberhasilan strategi ini karena memastikan bahwa tidak ada anak yang tertinggal dan semua anak memiliki peluang untuk berkembang.”

Melalui pendekatan ini, ASEAN berharap mampu memperkuat fondasi pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan, mendukung generasi muda agar siap menghadapi tantangan global dan mendorong inovasi pendidikan yang berkelanjutan. Langkah ini juga menjadi contoh kolaborasi multilateral yang efektif dalam mengatasi masalah pendidikan di kawasan Asia Tenggara.