rupiah-diprediksi-menguat-akibat-ketegangan-iran-dan-as

Rupiah Diprediksi Menguat Akibat Ketegangan Iran dan AS

Nilai tukar rupiah diproyeksikan akan mengalami penguatan dalam beberapa waktu ke depan, seiring ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat yang tidak melibatkan intervensi langsung dari Washington. Prediksi ini dikemukakan oleh Rully Nova, analis dari Bank Woori Saudara, yang menilai bahwa kondisi geopolitik ini memberi peluang bagi rupiah untuk menguat di pasar valuta asing.

Rully Nova menyatakan bahwa peristiwa ketegangan di Timur Tengah, khususnya Iran, memperlihatkan dampak yang signifikan terhadap pasar global dan nilai tukar mata uang negara berkembang termasuk Indonesia. “Ketika AS tidak terlibat langsung dalam konflik ini, risiko terhadap ekonomi Indonesia relatif lebih stabil, sehingga menarik perhatian investor untuk menempatkan dana mereka di pasar domestik,” ujar Nova. Ia menambahkan bahwa faktor ini memberi sentimen positif terhadap rupiah.

Penguatan rupiah juga dipicu oleh kebijakan ekonomi dalam negeri yang tetap solid dan stabil, meskipun adanya ketegangan geopolitik. Bank Indonesia masih mempertahankan pendekatan kebijakan moneter yang konservatif, yang turut membantu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Pelaku pasar saat ini cenderung optimis dan menantikan perkembangan situasi geopolitik, terutama terkait kemungkinan timbulnya gangguan ekonomi dari konflik internasional. Sementara itu, kajian dari ekonom memperkirakan bahwa jika ketegangan ini tidak melibatkan Amerika Serikat secara langsung, risiko terhadap valuta asing dan pasar modal Indonesia akan tetap terkendali.

Seperti yang dikatakan Nova, “Ketidakterlibatan langsung AS dalam konflik ini seharusnya membantu rupiah tetap stabil dan bahkan menguat, karena risiko terhadap perekonomian Indonesia cenderung berkurang.” Hal ini menjadi sinyal positif bagi pelaku pasar yang tengah mencari peluang investasi di tengah ketidakpastian global.