
Penguatan Rupiah Dipicu Harapan Kesepakatan Iran-AS
Dalam perkembangan terkini, nilai tukar rupiah menunjukkan tren penguatan yang signifikan di pasar keuangan Indonesia. Analis mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyatakan bahwa penguatan ini didorong oleh harapan akan terjalinnya kesepakatan antara Iran dan Amerika Serikat. Sentimen positif ini memicu kepercayaan investor dan mendorong penguatan mata uang rupiah terhadap dolar AS.
Menurut Lukman Leong, ketegangan geopolitik yang selama ini mempengaruhi pasar internasional mulai mereda seiring dengan meningkatnya peluang untuk mencapai kesepakatan diplomatik. “Harapan bahwa Iran dan AS akan segera menyelesaikan perbedaan mereka membuka jalan untuk stabilitas ekonomi regional dan meningkatkan daya tarik aset negara-negara di kawasan Asia,” ujarnya saat dihubungi belum lama ini.
Reaksi pasar uang di Indonesia cukup cepat merespons sentimen ini, di mana nilai tukar rupiah hari ini menguat sekitar 0,5 persen terhadap dolar AS. Kebijakan moneter Bank Indonesia juga tetap menjaga kestabilan rupiah dengan memperhatikan tekanan eksternal dan faktor geopolitik global.
Kepercayaan investor asing terhadap prospek ekonomi Indonesia juga turut meningkat, didukung oleh data ekonomi yang menunjukkan pemulihan dari dampak pandemi dan stabilitas politik domestik. Analis memperkirakan bahwa jika hubungan Iran dan AS membaik, akan ada dorongan positif lebih luas terhadap pasar keuangan regional.
Robert Soetanto, pengamat ekonomi independen, menyebut situasi ini sebagai peluang bagi Indonesia untuk menarik investasi asing yang lebih besar. “Penguatan rupiah memang dipengaruhi oleh sentimen global, tetapi juga menjadi indikator adanya kepercayaan terhadap stabilitas ekonomi nasional,” katanya.
Meski situasi ini menimbulkan optimisme, para ahli mengingatkan perlunya pengawasan ketat terhadap faktor eksternal yang dapat berfluktuasi. Bank Indonesia terus memantau perkembangan geopolitik sebagai bagian dari langkah menjaga kestabilan nilai tukar rupiah ke depannya.