
Penumpang di Bandara Komodo Batal Terbang Akibat Erupsi Lewotobi
Jumlah penumpang di Bandara Internasional Komodo mengalami lonjakan pembatalan penerbangan akibat erupsi Gunung Lewotobi yang terjadi secara tiba-tiba. Kejadian ini menyebabkan sebanyak 2.166 penumpang terdampak langsung, menghambat rencana perjalanan mereka baik domestik maupun internasional.
Operasional penerbangan di bandara yang menjadi pintu gerbang utama menuju destinasi wisata andalan tersebut sempat dihentikan sementara demi memastikan keselamatan semua penumpang dan awak pesawat. Kepala Bandara Komodo, Andi Pratama, mengungkapkan, “Kami mengikuti arahan dari otoritas terkait dan mengevakuasi semua penumpang dengan prosedur standar keselamatan.”
Salah satu penumpang yang mengalami pembatalan, Rina, mengungkapkan kekecewaan karena harus mengubah jadwal perjalanan dan mencari alternatif lain. “Ini sangat mengecewakan, saya harus mencari tiket baru dan mengatur ulang agenda liburan saya,” katanya. Kejadian ini juga berdampak pada para pelaku bisnis wisata dan penyewa hotel di Labuan Bajo yang turut merasakan dampaknya.
Referensi dari otoritas penerbangan dan pihak bandara menyebutkan bahwa aktivitas erupsi Gunung Lewotobi berpotensi menimbulkan abu vulkanik yang berbahaya bagi pesawat terbang. Oleh karena itu, pembatalan penerbangan dilakukan hingga situasi aman kembali terjamin. Diperkirakan, proses pemulihan layanan operasional akan membutuhkan waktu minimal 24 jam, tergantung kondisi gunung dan pengecekan teknis.
Selain mengganggu penerbangan di Bandara Komodo, erupsi ini juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan wisatawan dan masyarakat lokal mengenai potensi dampak lingkungan dan keselamatan. Operator maskapai dan otoritas bandara terus memantau perkembangan situasi dengan ketat. Menurut ahli vulkanologi, risiko erupsi susulan tetap tinggi dan dapat berlangsung selama beberapa hari ke depan.
Pengelola destinasi wisata dan pemerintah daerah mengimbau wisatawan dan masyarakat agar tetap waspada dan mengikuti arahan dari petugas. “Kami berkomitmen untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan semua pihak sebelum kembali membuka layanan secara normal,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Manggarai Barat, Lisa Ambarwati.
Sementara itu, para penumpang yang terdampak diharapkan mendapatkan refund atau penjadwalan ulang dari maskapai penerbangan. Situasi ini menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam dan dampaknya terhadap transportasi massal di wilayah wisata populer Indonesia.