
Pemutilasi di Sumbar Bunuh Dua Wanita dan Dibuang ke Sumur
Kasus pemutilasi di Sumatera Barat kembali mencuat ke permukaan setelah terungkap bahwa seorang tersangka, Wanda, mengaku telah membunuh dua perempuan tahun lalu dan mengubur mayatnya di sumur. Penyelidikan intensif dari pihak kepolisian mengungkapkan bahwa motif di balik aksi keji ini diduga kuat terkait dengan konflik pribadi dan pencarian keadilan terhadap perlakuan yang tidak manusiawi.
Menurut keterangan yang diperoleh dari penyelidikan, Wanda mengakui bahwa ia melakukan pemutilasian terhadap kedua korban sebelum membuang mayat mereka ke dalam sumur di area yang terpencil. Hal ini dikonfirmasi melalui pemeriksaan forensik dan bukti-bukti yang ditemukan di lokasi kejadian. Polisi menyebutkan bahwa kedua korban merupakan wanita yang hilang secara misterius dan sebelumnya dianggap sebagai orang hilang tanpa jejak.
Kapolres setempat, Komisaris Garda Adi Prasetyo, menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah melakukan pendalaman terhadap motif dan identitas korban yang sedang dalam proses pencocokan data. “Kami berkomitmen mengungkap seluruh rangkaian kejadian dan menegakkan keadilan untuk para korban,” ujarnya dalam jumpa pers kemarin. “Kasus ini menjadi pelajaran keras mengenai pentingnya kewaspadaan dan pelaporan dini terhadap perilaku mencurigakan di lingkungan sekitar,” tambahnya.
Hingga saat ini, aparat kepolisian juga menggali kemungkinan adanya tersangka lain dan motif ekonomi maupun personal yang melatarbelakangi aksi keji tersebut. Pemerintah daerah dan komunitas setempat mengutuk keras tindakan kekerasan ini dan mendukung penuh proses hukum yang sedang berlangsung. Warga berharap polisi dapat segera mengungkap fakta lengkap dan memastikan keamanan masyarakat dari ancaman serupa di masa depan.
Pengamat kriminologi menilai bahwa kasus ini menunjukkan pentingnya edukasi dan pencegahan kejahatan berbasis kekerasan, khususnya terhadap perempuan. “Perlu adanya sinergi antara aparat keamanan, masyarakat, dan lembaga sosial untuk menekan angka kriminalitas ekstrem,” kata Dr. Rina Sari, ahli kriminologi dari universitas setempat. Ia juga menekankan perlunya perhatian terhadap isu kesehatan mental yang sering menjadi akar permasalahan kejahatan kekerasan ekstrem.
Kolaborasi intensif antara kepolisian, tenaga medis, dan komunitas diharapkan mampu mencegah kejadian serupa terjadi lagi. Sementara itu, keluarga korban berharap keadilan segera ditegakkan, dan masyarakat diimbau untuk lebih waspada serta melapor apabila menemukan aktivitas mencurigakan di lingkungan mereka.