
Prediksi Nilai Tukar Rupiah Tetap Konsolidasi Menunggu Perkembangan Konflik di Timur Tengah
Nilai tukar rupiah diprediksi akan tetap berkonsolidasi di kisaran Rp16.200 hingga Rp16.300 per dolar Amerika Serikat (USD) dalam beberapa waktu ke depan. Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian yang diakibatkan oleh konflik di Timur Tengah antara Israel dan Iran. Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, menyatakan bahwa pasar mata uang sedang menunggu perkembangan terbaru dari konflik ini sebelum mengambil langkah berikutnya. Ketegangan di wilayah ini sangat berpengaruh terhadap stabilitas rupiah dan pasar keuangan nasional.
Seperti yang diketahui, pada Jumat (13/6), militer Israel meluncurkan operasi militer besar yang dikenal dengan nama “Operation Rising Lion”. Operasi ini menargetkan fasilitas militer dan program nuklir Iran, termasuk serangan udara ke berbagai wilayah di Iran, termasuk Tehran. Serangan ini mengakibatkan hilangnya sejumlah pejabat militer tinggi Iran, termasuk Jenderal Mohammad Bagheri, Kepala Staf Umum Militer Iran, serta beberapa ilmuwan nuklir Iran. Balasan dari Iran pun muncul melalui operasi militer mereka yang bernama “Operation True Promise 3”, yang menyerang fasilitas militer dan sasaran strategis milik Israel. Ketegangan yang meningkat ini menimbulkan kekhawatiran di pasar keuangan internasional.
Menurut Ariston Tjendra, pasar masih dalam keadaan waspada terhadap eskalasi konflik yang berpotensi memicu volatilitas lebih tinggi terhadap nilai tukar dolar AS dan rupiah. Ia menambahkan bahwa dolar AS memiliki potensi untuk menguat terhadap mata uang lain, termasuk rupiah, jika situasi ini semakin memanas dan proses negosiasi menemui jalan buntu. Saat ini, kurs rupiah diperkirakan akan tetap berkonsolidasi di kisaran Rp16.200-Rp16.300 per dolar AS, dengan support di level Rp16.200. Namun, jika konflik ini berlanjut dan meluas, pelaku pasar kemungkinan besar akan mencari aset yang lebih aman sehingga menyebabkan kurs rupiah melemah melewati batas tersebut, bahkan bisa menyentuh ke level Rp16.600 per dolar AS.
Konflik di Timur Tengah ini juga berpotensi memicu kenaikan harga minyak mentah, karena kedua negara ini merupakan produsen minyak utama dunia. Kenaikan harga minyak akan berdampak pada meningkatnya biaya logistik dan inflasi global, yang kemudian akan mempengaruhi kondisi ekonomi nasional dan internasional. Sebagai langkah antisipasi, investor dan pelaku pasar diimbau untuk selalu memantau perkembangan konflik dan kondisi geopolitik yang sedang berlangsung.
Pergerakan nilai tukar rupiah pagi hari Selasa di Jakarta menunjukkan pelemahan sebesar 34 poin atau 0,21 persen, menjadi Rp16.299 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp16.265 per dolar AS. Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar tetap sensitif terhadap ketegangan di Timur Tengah dan masih menunggu kabar terbaru dari konflik Israel dan Iran yang akan menentukan arah pergerakan ke depan.