china-tegaskan-persenjataan-nuklirnya-terjaga-di-tingkat-minimum

Pernyataan China tentang Persenjataan Nuklir Minimum dan Kebijakan Pertahanan Nasional

Pemerintah China secara resmi menegaskan bahwa persenjataan nuklirnya dijaga pada tingkat minimum yang berfungsi sebagai bentuk strategi pertahanan nasional. Dalam konferensi pers yang digelar pada Senin (16/6), juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menyatakan bahwa China tidak terlibat dalam perlombaan senjata nuklir dan mengikuti kebijakan nuklir yang berfokus pada pertahanan diri. Politik ini menegaskan komitmen China untuk menjaga kemampuan nuklirnya pada tingkat yang aman dan terkendali, serta tidak akan menggunakan senjata nuklir terlebih dahulu dalam keadaan apapun.

Sontak, pernyataan ini merespons laporan dari SIPRI Yearbook 2025 yang mengungkapkan bahwa senjata nuklir China mengalami pertumbuhan tercepat di dunia. Berdasarkan data tersebut, selama satu tahun terakhir, jumlah hulu ledak nuklir China bertambah dari 500 menjadi sekitar 600 unit. Pemerintah China menegaskan bahwa saat ini memiliki minimal 600 hulu ledak nuklir, sebagian besar disimpan secara terpisah dari rudal dan sistem peluncuran, sebagai bagian dari kebijakan kesiapsiagaan dalam masa damai serta kesiapan tempur jika diperlukan.

China juga mengumumkan bahwa mereka telah menyelesaikan atau hampir menyelesaikan sekitar 350 silo rudal balistik antarbenua (ICBM) yang mampu membawa hulu ledak nuklir jarak jauh lebih dari 5.500 km. Silo-silo ini tersebar di tiga wilayah besar di utara dan di daerah pegunungan timur serta tengah. Meski jumlah maksimum hulu ledak yang diproyeksikan mencapai 1500 unit pada tahun 2035, jumlah ini masih jauh di bawah kapasitas nuklir Rusia maupun AS yang mencapai ribuan. Perlu diketahui, kebijakan China mengenai penggunaan senjata nuklir juga sangat ketat; mereka bersumpah tidak akan menggunakan atau mengancam akan menggunakan senjata nuklir terhadap negara-negara yang tidak memiliki senjata nuklir dan berada di zona bebas senjata nuklir.

Pemerintah China juga terus memperkuat pertahanan strategisnya melalui pembangunan kapal selam nuklir (SSBN) tipe 094 serta pengembangan kelas baru lain untuk mendukung keberadaan dan kesiapan nuklir negara tersebut. Selain itu, China mengembangkan rudal berkemampuan ganda seperti DF-26 yang dapat membawa hulu ledak nuklir maupun konvensional, serta rudal balistik yang diluncurkan dari pesawat udara, seperti pesawat pengebom H-6N yang mendukung kemampuan serangan udara. Pemerintah China menyatakan bahwa semua pembangunan silo rudal baru akan diisi dengan rudal berhulu ledak tunggal, sehingga kapasitasnya bisa mencapai sekitar 650 hulu ledak dalam satu dekade mendatang.

Secara global, data SIPRI mengungkapkan bahwa hingga Januari 2025, terdapat sekitar 12.241 hulu ledak nuklir di seluruh dunia, dengan 9.614 di antaranya dalam masa persediaan militer yang siap digunakan. Rusia dan Amerika Serikat tetap menguasai sekitar 90% dari seluruh senjata nuklir di dunia. Meski demikian, kebijakan China tetap berkomitmen untuk menjaga perdamaian dan stabilitas global, serta mengedepankan kebijakan tidak pertama kali menggunakan senjata nuklir, serta menjaga hulu ledaknya dalam kondisi terpisah dari sistem peluncur dalam masa damai.