
Pengaruh Stres terhadap Risiko Kenaikan Cacar Api pada Dewasa Muda
Stres merupakan salah satu faktor penting yang dapat memicu munculnya cacar api, terutama pada populasi dewasa muda. Menurut dokter spesialis dermatologi dan venereologi lulusan Universitas Sebelas Maret (UNS), dr. Frieda, Sp.DVE, stres dapat meningkatkan risiko reaktivasi virus cacar api sebesar sekitar 47 persen. Artikel ini membahas bagaimana stres mempengaruhi sistem kekebalan dan meningkatkan peluang terjadinya cacar api.
Stres mempengaruhi tubuh dengan meningkatkan kadar hormon katekolamin dan kortisol di dalam tubuh. Lonjakan hormon-hormon ini dapat mengurangi sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh menjadi lebih rentan terhadap infeksi virus termasuk virus cacar api. Pada dewasa muda, yang sering kali menghadapi tekanan hidup dan pekerjaan, stres menjadi faktor risiko utama yang perlu mendapat perhatian.
Penelitian menyebutkan bahwa peningkatan kadar hormon kortisol dan katekolamin akibat stres berkontribusi terhadap reaktivasi virus varicella-zoster, penyebab cacar api, yang sebelumnya tersembunyi di sistem saraf. Apabila sistem imun melemah, risiko virus ini aktif kembali dan menyebabkan gejala cacar api yang menyakitkan.
Untuk mengurangi risiko cacar api yang dipicu oleh stres, penting untuk melakukan manajemen stres yang efektif seperti meditasi, olahraga rutin, dan tidur cukup. Selain itu, menjaga gaya hidup sehat dan melakukan imunisasi juga menjadi langkah preventif yang penting dilakukan, terutama bagi dewasa muda yang berpotensi mengalami stres tinggi.
Dengan memahami hubungan antara stres dan risiko cacar api, masyarakat diingatkan akan pentingnya menjaga kesehatan mental dan fisik. Mengurangi stres dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mencegah munculnya kembali virus cacar api yang menyakitkan ini.