ekonom-bi-perlu-prioritaskan-stabilitas-dengan-tahan-suku-bunga-acuan

Bank Indonesia Mempertahankan Suku Bunga Acuan untuk Stabilitas Ekonomi dan Keuangan

Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) pada level 5,5 persen dalam Rapat Dewan Gubernur Juni 2025, demi menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan nasional. Ekonom dari KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana, menyatakan bahwa langkah ini sangat penting mengingat kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang masih mengalami tantangan, termasuk neraca transaksi berjalan yang defisit dan neraca pembayaran yang belum menunjukkan perbaikan signifikan.

Sejauh ini, BI telah melakukan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin masing-masing di bulan Januari dan Mei 2025. Penurunan suku bunga ini dilakukan saat suku bunga acuan The Fed (Federal Reserve) AS belum mengalami penurunan sama sekali. Hal ini menyebabkan selisih suku bunga (interest rate differential) antara BI dan The Fed semakin mengecil, yang berpotensi mempengaruhi arus modal keluar dari Indonesia.

Dalam kondisi tersebut, Fikri menegaskan bahwa menjaga suku bunga tetap di angka 5,5 persen adalah langkah yang paling tepat untuk mencegah capital outflow dan ketidakstabilan ekonomi. Ia mengingatkan bahwa penurunan suku bunga secara agresif dapat memperburuk ketertarikan aset di Indonesia, menyebabkan risiko keluarnya modal dan mengganggu kestabilan keuangan nasional.

Selain pendapat Fikri, ekonom dari Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, juga berpendapat bahwa BI mungkin akan mempertahankan suku bunga di level 5,5 persen. Hal ini didorong oleh perlambatan pertumbuhan kredit dan rendahnya inflasi sebesar 1,6 persen yoy pada Mei 2025. Myrdal menambahkan bahwa faktor eksternal seperti perang dagang antara Amerika Serikat dan China serta konflik geopolitik di Timur Tengah turut memengaruhi kebijakan moneter dalam menjaga nilai tukar rupiah dan kestabilan ekonomi Indonesia.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor global dan domestik tersebut, kebijakan BI untuk tetap menjaga suku bunga di level saat ini dianggap sebagai langkah yang aman dan pro-stabilitas. Ini bertujuan agar ekonomi Indonesia tetap resilient menghadapi ketidakpastian global yang belakangan ini semakin meningkat, termasuk dinamika politik dan perdagangan internasional.